PIRU,CahayaMediaTimur.com-Ketika Maluku Intergreat port ramai dibahas diruang public, mulai muncul berbagai macam opini yang mengarah pada kepentingan wilayah-wilayah tertentu untuk dapat menjemput masuknya Maluku Intergreat port tersebut diwilayah yang mereka inginkan.
Menurut salah satu tokoh Muda Kabupaten Seram Bagian Barat(SBB)Moses Rutumslessy, jangan ada mengacu dari berita saya beberapa waktu yang lalu terkait (Kaibobo menolak masuknya Maluku intergreat port), itu masalah lain, dan itu hanya menyangkut hak ulayat, bukan berarti Kabupaten SBB menolak masuknya intergreat port, yang pasti SBB sangat mendukung masuknya Maluku Intergreat Port di areal Kamal-Waesarisa, Kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten SBB
Lanjut Rutumalessy, Areal Pelabuhan Yosudarso Ambon, sudah tidak bisa diperluas lagi untuk membangun Pelabuhan terpadu, karena fungsinya bukan hanya untuk bongkar muat dan distribusi logistik semata, tapi juga di kawasan yang sama, harusnya juga bisa dibangun Industri dan pergudangan. Minimal Industri utama yg dibangun adalah Industri Pengolahan Ikan dari Hulu ke Hilir, Pabrik Pengalengan Ikan, Industri Pertanian, Pabrik Pengolahan Kelapa dari Hulu ke Hilir, dan industri lainnya.
Untuk itu, lahan yg dibutuhkan minimal 500 hektar, dan itu tidak dimiliki oleh pelabuhan Yosudarso Ambon. Baiknya Pelabuhan Yosudarso Ambon hanya difokuskan untuk Pelabuhan Kapal Penumpang, bukan untuk Pelabuhan Logistik.
Karena butuh lahan yg luas sekitar 500 hektar agar Maluku Intergreat Port bisa masuk di SBB, untuk itu Pemda SBB tidak bisa diam, harus meyakinkan Bapenas bahwa ada lahan yg tersedia di Waisarisa-Kamal seluas 500 hektar, dengan demikian terpenuhilah semua unsur dan persyaratan untuk beroperasinya Maluku Intergreat Port tersebut.
Kalau pemda SBB diam maka, ADEUS AMIGO.