Rutumalessy,Bupati Kecil Lebih Kejamnya Dari Premanisme Dan Lebih Rusak Dari Pendemo

oleh -54 views

PIRU,CahayaMediaTimur.com-Ketika seseorang diperhadapkan dengan sulitnya mencapai kebutuhan hidup, ada saja cara yang dihalalkan untuk mencapai hasrat keinginannya demi meraih fasilitas hidup, tanpa harus bekerja memeras keringat, mereka-mereka ini setiap hari kerjanya hanya duduk di warung-warung kopi membahas dan merancang strategi untuk bagaimana mereka dapat menghasilkan uang. Target mereka tentunya orang-orang yang berduit dan punya jabatan tertentu, baik itu di pemerintahan maupun swasta.

Pergerakan mereka ini tentunya dimulai dari membentuk paguyuban yang kalau ditelusuri legalitasnya sangat diragukan karena tentunya tidak memiliki AD/ART, bahkan tidak terdaftar resmi dipemerintah sebagai syarat mutlak sebuah organisasi/paguyuban.
Kelompok liar ini hanya terdiri dari beberapa orang yang terbagi menjadi dua sampai tiga kelompok, dengan nama yang berbeda tapi tetap satu, mereka itu-itu saja , mereka menciptakan opini public lewat cara kontra intelejen, seakan-akan mereka itu banyak, padahal hanya lima sampai enam orang yang mengatas namakan masyarakat dan mahasiswa, proses selanjutnya organisasi bodong ini, mereka mencari pendukung/donatur untuk bisa mempasilitasi melancarkan aksi mereka.

Cara yang kelompok liar ini lakukan adalah menelepon target untuk menyampaikan poin-poin permasalahan yang sudah dirancang, yang sumber permasalahannya pun mereka hanya dengar lewat cerita seseorang yang sumber kebenarannya masih diragukan, alias (GOSIP).

Hal seperti ini biasa terjadi di kota-kota besar, dan telah merembet sampai ke pelosok-pelosok, didukung oleh dunia digital, mempermudah kelompok-kelompok ini tumbuh berkembang tanpa ada pengawasan dari pihak-pihak yang berwenang.

Diakhir-akhir ini, di SBB khususnya, ada kelompok liar yang mengatas namakan masyarakat dan mahasiswa, mereka menebar isyu demo dengan cara memposting flyer mereka di group-group WhatsApp ,Fb dan lain-lainnya, dengan ancaman pemerintah daerah SBB/Bupati harus ini dan itu, padahal ujung-ujungnya mereka minta DUIT Rp. 25 juta.
Sangat disayangkan, mental dan moral generasi kita sudah rusak akibat kurangnya perhatian dari orang-orang yang punya kompotensi untuk membina dan membimbing mereka ke jalan yang benar.
Paguyuban berubah menjadi premanisme, jebak sana jebak sini, peras sana, peras sini, mereka pikir ada nenek moyang mereka yang simpan uang di SBB, sehingga ketika dibutuhkan, tinggal datang ambil saja.

Lewat kesempatan ini, saya Moses Rutumalessy sebagai Tokoh Pemuda Kabupaten Seram Bagian Barat(SBB)Bumi Saka Mese Nusa, minta dari Bupati SBB dan seluruh stakeholder agar lebih pro-aktif dalam melihat dan mencermati setiap pergerakan orang-orang, yang terkesan akan menghancurkan dan merugikan daerh ini dengan cara mereka demi kepentingan pribadi, baik itu dari dalam birokrasi maupun luar birokrasi.

Kepada media ini,Kamis (3/7/2025)Rutumalessy juga menyampaikan, gerakan masif ini juga ada diseputaran bupati sendiri, mereka berekting sebagai pembisik dan orang dekat bupati, untuk menghancurkan tatanan hidup orang basudara, mereka juga bertindak ala bupati kecil, untuk mengancam dan menggantikan kepala-kepala sekolah, kepala puskesmas, bahkan turut melindungi dan menentukan jabatan sana, jabatan sini, utuk kolega-kolega mereka.
Tindakan seperti ini, lebih kejam dari premanisme dan lebih rusak lagi dari pendemo.

Untuk itu, bupati sudah harus mewujudkan visi misinya demi terhindar dari penilaian buruk public, utamakan visi misi bukan kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, tegas Moses.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.