PIRU,CahayaMediaTimur.com-Maraknya kepentingan politik dan pribadi, akhir-akhir ini di Kabupaten Seram Bagian Barat(SBB)memaksa segelintir orang mulai muncul mengatas namakan organisasi masyarakat yang keabsahannya perlu dipertanyakan, tanpa AD/ART, tanpa Akta Notaris, tanpa Kantor, alias bodong, yang penting bisa berbicara meyakinkan public, dengan modus, membela masyarakat, namun unjung-unjungnya mencari pintu masuk ke bupati, sehingga dapat terakomodir keinginan mereka demi sepiring nasi dan hidup lebih layak.
Hal ini disampaikan Moses Rutumalessy, Selasa(29/7/2025)di Piru.
Praktek seperti ini sebenarnya sudah berjalan cukup lama, namun kita ini pura-pura tidak tahu saja, karena itu urusan mereka, namun praktek hari ini makan sapa dan besok makan sapa, kemudian hasilnya minom mabuk di karoke, itu sudah tidak dapat ditolerir, dan harus dibasmi sampai ke akar-akarnya,ujar Moses.
Dirinya mengatakan, bermodalkan ilmu pengetahuan yang tinggi dan sedikit fasi ber-retorika, orang-orang ini berhasil meyakinkan publik dengan gaya parlentenya, sudah terlalu banyak korban akibat ulah kelompok yang satu ini.
Lanjut Rutumalessy, orang mau dapat uang itu, harus kerja, bukan duduk-duduk kumpul dari pagi sampai subuh, merancang harus dapat uang dari mana, lantas telepon dipakai untuk meneror target, kemudian norek yang dikirim, atau langsung 86, ini kan kerja haram namanya, dengan demikian, uang yang dipulangkan untuk bini dan anak makan itu juga dari hasil mafia (haram).
Saya ini duduk di rumah tapi saya kerja buat berita, dari hasil kerja itu dulu baru saya dapat uang, bukan duduk-duduk lantas posting orang punya berita, kemudian manfaatkan berita orang itu untuk teror dan 86.
Saya tampil bela bupati itu wajar, bukan berarti saya sudah aman atau mendapatkan sesuatu dari bupati seperti yang anda pikir dan katakan, kalau saya ini orientasinya seperti anda, tentunya dari dulu saya sudah kaya, jangan cuma asal ngomong, kalau sudah biasa berbuat dan bertindak seperti itu, jangan pikir orang lain itu sama dengan anda.
Saya tampil kritik pemerintah bukan baru sekarang, mulai dari bupati JacobisPuttileihalat sampai bupati Asri Arman, melenceng dari aturan tetap saya kritisi, tetapi kalau yang dibuat itu sesuai aturan dan baik untuk masyarakat banyak, salahkah kalau pemimpin itu harus dibela ??? tambanya.
Kata Rutumalessy lagi, Bupati sudah harus tahu dan kenal tipe orang-orang ini, jangan memberikan ruang untuk mereka, modus mereka ini sudah lama mereka praktek-kan, dan ini bukan di jaman pa bupati Asri Arman saja, tetapi bupati- bupati terdahulu juga mereka lakukan hal yang sama, mungkin yang tidak berhasil itu hanya pa Andi Candra As’Adudin, tapi yang lain, semua pasti kena imbas permainan kelompok ini.
Dikatakan, Sindir menyindir atau berbalas pantun di media itu biasa, seorang Mozes ini sudah kebal, difitnah, dicaci maki-pun, saya sudah siap sebagai seorang jurnalis murni, karena itu bagian dari kerja seorang profesional.
Terakhir Rutumalessy kembali ingatkan Pa Bupati, tetap pada prinsip kepemimpinan tanpa diintervensi oleh pihak manapun, jangan karena lobi-lobi kepentingan lantas bupati luntur dan hanyut pada kepentingan kelompok ketimbang kepentingan umum atau masyarakat, tegas Rutumalessy.